Minggu, 27 November 2016

sejarah '' Lubang Buaya ''

Kalian pasti ingat dengan peristiwa G30S/PKI kan? Peristiwa ini mengingatkan kita tentang perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia. Pancasila dari ancaman ideologi komunis. Tahukah kalian bahwa untuk mengenang peristiwa ini dibangun sebuah monumen yg bernama Monumen Pancasila Sakti yg terletak di daerah Lubang Buaya Jakarta. panca
Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.

Sejarah " Stasiun Manggarai '

Hasil gambar untuk sejarah kereta manggarai
Kehadiran kereta api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA didesa Kemijen Jum'at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh "Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij" (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada Hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan KA antara Kemijen - Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan KA didaerah lainnya. Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 - 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870 menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.
Hasil gambar untuk sejarah kereta manggarai
 

Sejarah '' Pondok Indah Bedugul"

Hotel Pondok Indah Bedugul terletak di kawasan wisata Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali. Bangunan hotel berlantai empat ini dibangun sekitar tahun 1997 oleh Tommy Soeharto. Sekitar tahun 2007, hotel ini kemudian ditutup dan menjadi bangunan mangkrak.
PI Bedugul (Foto: flickr/pietmulder)
PI Bedugul (Foto: flickr/pietmulder)
Konon, bangunan ini menyimpan cerita misterius. Kabar burung yang beredar mengisahkan tentang puluhan wisatawan Rusia yang tiba-tiba menghilang di tempat ini. Walaupun tidak ada bukti nyata mengenai kabar tersebut, tapi beberapa Tour Guide kerap kali ditanyai oleh banyak wisatawan dari Rusia. Benarkah kabar tersebut?
Komang, seorang kawan yang saya kenal sebagai driver sekaligus Tour Guide menceritakan bahwa dirinya pernah bertemu seorang backpacker dari Rusia. Suatu ketika wisatawan yang ditemuinya tersebut minta diantar ke Hotel Pondok Indah Bedugul. Berhubung wisatawan tersebut berstatus backpacker, maka Komang membuat jadwal di luar jadwal regulernya.
Sampai pada hari yang ditentukan, Komang bersama backpacker tersebut tiba di lokasi sesuai rencana. Setelah melihat-lihat sebentar, sang wisatawan membaca catatan pribadinya. Tentang puluhan wisatawan Rusia yang tidak pernah kembali, tentang suasana mistis menjelang tengah malam, dan ritual Rusia yang sulit dimengerti.
Peta Lokasi Bedugul, Tabanan, Bali
Peta Lokasi Bedugul, Tabanan, Bali
Sang backpacker cantik kemudian menceritakan tentang kabar yang sampai di telinganya saat di Rusia tersebut dengan detail. Bahwa kabar burung tersebut seolah benar-benar ada. Dia meyakini benar bahwa berita itu nyata. Berbanding terbalik dengan Komang, yang justru baru mendengar kabar ini justru dari seorang backpacker Rusia.
Menjelang malam, backpacker cantik masih asyik dengan ceritanya. Sebelum mengakhiri wisata malamnya, dia mengungkapkan ingin bercinta dengan sang Tour Guide. Bagi komang, itu adalah ide menarik, dan komang menyanggupinya dengan senang hati. Kemudian si backpacker cantik mengajukan syarat; bercinta di tempat ini. Nanti diantara jam 12 malam.
Menurut perempuan itu, yang lagi-lagi berdasarkan cerita temannya di Rusia, ada nuansa mistis yang tidak bisa dirasakan saat bercinta di tempat lain. Bercinta di tempat tersebut merupakan perpaduan antara dunia nyata dengan dunia yang lain. Keberadaan alam lain, katanya yang tidak bisa dirasakan saat bercinta di tempat biasa.
bedugulKomang yang sedari tadi mendengar cerita tersebut berusaha memahami apa yang diinginkan. Di saat yang sama, bercinta diantara dua dunia menurutnya bukan disini tempatnya. Alih-alih mendapat kenikmatan, dirinya malah merasa tidak menghormati tempat ini. Terpaksa dia harus menolak ajakan yang menurutnya konyol tersebut.
Akhirnya dengan segenap upaya meyakinkan bahwa kabar itu sesat, komang membawa paksa perempuan itu pergi. Komang menstater mobilnya, memencet central lock, menginjak gas, lalu meluncur ke Denpasar.
Hotel Pondok Indah Bedugul (Foto: flickr.com/pietmulder)
Hotel Pondok Indah Bedugul (Foto: flickr.com/pietmulder)
Namun perempuan itu masih saja mencoba meyakinkan Komang dengan menunjukkan bukti-bukti video di Youtube. Video yang diunggah oleh user-user Rusia tentang kenikmatan mistis bercinta melewati tengah malam di PI Bedugul. Juga tulisan-tulisan dari beberapa Blogger Rusia, yang menulis catatan perjalanan ke Bali dengan menikmati suasana ML mistis tersebut.
Komang terus mengelak bahwa cerita itu bohong belaka. Menyesatkan dan tidak bertanggung jawab. Perempuan itu terus mendesak dan mengatakan orang-orang Bali sengaja menutup-nutupi, agar orang Rusia tidak bisa menikmati wisata langka yang hanya ada di Bali tersebut.

Sumber : https://elgibrany.wordpress.com/2015/01/11/pi-bedugul-ritual-mistis-dan-wisatawan-rusia/

Sejarah '' Keraton Yogyakarta ''

Sejarah Kraton Yogyakarta

  http://keyogyakarta.com/wp-content/uploads/2013/11/cerita-rakyat-jogja-1.jpg
Kraton Yogyakarta yang sangat terkenal, memiliki sejarah panjang yang ada kaitannya dengan perjanjian Gianti, Seperti apa kisahnya?

KRATON Yogyakarta dibangun tahun 1756 Masehi atau tahun Jawa 1682 oleh Pangeran Mangkubumi Sukowati yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Setelah melalui perjuangan panjang antara 1747-1755 yang berakhir dengan Perjanjian Gianti . Sebelum menempati Kraton Yogyakarta yang ada saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Sri Sultan Hemengku Buwono Senopati Ingalogo Ngabdulrahman Sayidin Panotogomo Kalifatullah tinggal di Ambar Ketawang Gamping, Sleman. Lima kilometer di sebelah barat Kraton Yogyakarta.Bangunan Kraton Yogyakarta sedikitnya terdiri tujuh bangsal. Masing-masing bangsal dibatasi dengan regol atau pintu masuk. Keenam regol adalah Regol Brojonolo, Sri Manganti, Danapratopo, Kemagangan, Gadungmlati, dan Kemandungan.Kraton diapit dua alun-alun yaitu Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan. Masing-masing alun-alun berukurang kurang lebih 100x100 meter. Sedangkan secara keseluruhan Kraton Yogyakarta berdiri di atas tanah 1,5 km persegi.

Bangunan inti kraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter). Sehingga untuk memasukinya harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung. Ada lima pintu gerbang yaitu Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah Timur Laut kraton. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat Daya. Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah Barat. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah Selatan. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah Timur.
Dalam benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk mobilisasi prajurit dan persenjataan. Keempat sudut benteng dibuat bastion yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh.
 
Sebagai salah satu bukti Indonesia adalah negara yang sangat kaya, adalah banyaknya jenis istana di berbagai pelosoknya. Kraton Yogyakarta Hadiningrat adalah salah satunya, yang punya banyak mitos dan cerita, di antaranya adalah ,Beringin kembar ini terletak di Alun-alun Selatan komplek Kraton. Anda akan menemukan Plengkung Gading, yakni gerbang masuk Alun-alun yang berupa tanah lapang. Sesuai namanya, beringin kembar adalah 2 pohon beringin besar yang berdiri berdampingan.Mitos di yang beredar di masyarakat, Anda yang berhasil melewati beringin kembar dengan mata tertutup berarti hatinya bersih dan lapang. Namun rupanya, tradisi yang disebut Masangin itu sudah ada sejak zaman Kesultanan Yogyakarta masih berjaya.Masangin biasa dilakukan tiap malam 1 suro, saat ritual Topo Bisu dilakukan. Pada masa itu, para prajurit dan abdi dalem mengelilingi benteng dan tidak boleh mengucap 1 kata pun. Berbaris rapi mengenakan pakaian lengkap adat Jawa, mereka berjalan dari halaman Kraton menuju pelataran alun-alun. Melewati kedua pohon beringin tersebut.
Hasil gambar untuk mitos tentang kraton yogyakarta
 
Hal itu diyakini untuk mengalap berkah dan meminta perlindungan dari banyaknya serangan musuh. Dari situlah mitos mulai berkembang. Kalau bisa melintasi dua pohon beringin kembar itu dengan mata tertutup, semua permintaan kita akan dikabulkan.Mitos lain yang tak kalah menarik adalah ngerayah gunungan, tradisi yang dilakukan saat ritual Grebeg Mulud. Grebeg Mulud adalah tradisi yang merupakan puncak rangkaian peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. Tiap Grebeg Maulud dilakukan, ada 7 gunungan besar diarak keliling Kraton. Gunungan itu berisi rangkaian buah serta hasil panen lainnya. Nah, 'ngerayah' berarti berebut untuk mengambil barang-barang yang ada di gunungan karena semua gunungan itu dianggap membawa berkah.Grebeg Maulud diawali dari pagelaran di Kraton Yogyakarta. Dikawal oleh 12 prajurit Kraton, 7 gunungan tersebut diarak dan dibagi ke 3 lokasi yaitu Masjid Gede Kauman, Puro Pakualaman, dan Kantor Kepatihan. Tradisi ini menjadi daya tarik wisatawan, selalu penuh sesak!
Hasil gambar untuk mitos tentang kraton yogyakarta
Mitos terakhir yang tak kalah seru, bahkan mengundang tanda tanya, adalah hubungan Sultan Hamengkubuwono dengan penguasa Pantai Selatan yakni Kanjeng Ratu Kidul. Konon, para Raja Jawa bisa berkomunikasi dengan Ratu Kidul dengan tidak kasat mata, untuk memperoleh keselamatan serta ketentraman.Oleh karena itulah konon dibuat komplek Taman Sari, yang artinya 'istana bawah air'. Komplek yang terletak di sebelah barat Kraton Yogyakarta ini mitosnya dibuat sebagai tempat pertemuan para Sultan dengan Ratu Kidul.
 Hasil gambar untuk gambar komplek taman sari yogyakarta
sumber: http://www.yogyakartaonline.com/index.php?option=com_content&view=article&id=244:kraton-yogyakarta&catid=54:kasultanan&Itemid=173http://blog-sejarah.blogspot.co.id/2010/11/sejarah-kraton-yogyakarta.htmlhttp://keyogyakarta.com/wp-content/uploads/2013/11/cerita-rakyat-jogja-1.jpgbp.blogspot.com/-RgitigjE1cM/VQu3BhcMsGI/AAAAAAAAH2w/9vgTx_46O-o/s1600/Misteri%2BPohon%2BBeringin%2BKembar%2BDi%2BAlun-Alun%2BYogyakarta.jpg

Sejarah " Goa Jepang Bandung "

Gua Jepang Bandung adalah salah satu gua yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda, Bandung Utara. Gua Jepang ini dibuat pada tahun 1942 oleh balatentara pendudukan Jepang dengan bantuan para pekerja paksa romusha. Gua Jepang tidak pernah terselesaikan dan kabarnya belum pernah direnovasi sejak saat itu.
Gua Jepang di Bandung adalah salah satu dari gua bersejarah yang terserak di seluruh negeri yang dibuat selama Perang Dunia II, dan telah menjadi bagian sejarah panjang dari republik ini. Selain sebagai tempat perlindungan dan persembunyian, gua juga sering dipakai sebagai tempat penyimpanan logistik makanan, senjata dan amunisi.
Ukuran Gua Jepang Bandung ini cukup besar yang membuat orang dengan mudah bisa melangkahkan kaki di sepanjang lorong gua dan tidak ada kesulitan bagi pengunjung untuk bernafas di dalamnya. Namun anda perlu menyewa lampu senter seharga Rp.3.000 untuk masuk ke dalam Gua Jepang, oleh karena tidak ada penerangan sama sekali di dalam sana.
gua jepang bandung
Pemandangan pada bagian dinding luar gua yang nyaris tegak lurus. Gua Jepang Bandung memiliki tiga buah lubang untuk masuk, semuanya berada di bagian depan pada jarak yang relatif dekat satu dengan yang lainnya. Para pengunjung biasanya masuk ke dalam gua dari lubang yang pertama dan kemudian keluar melalui lorong lubang yang terkahir.
Gua Jepang Bandung ini kabarnya dulunya dipergunakan sebagai tempat persembunyian serta sekaligus menjadi gudang amunisi dan persenjataan bagi balatentara Jepang. Setelah Belanda resmi bertekuk lutut tanpa syarat kepada tentara Jepang di Kalijati, pada 9 Maret 1942 tentara Jepang berbaris memasuki Kota Bandung dari arah Lembang.
gua jepang bandung
Sebuah foto dari lorong masuk Gua Jepang Bandung yang ketiga. Lorong ini cukup lebar dan tinggi sehingga bisa dengan mudah memasukkan persenjataan berat ke dalamnya. Simpangan jalan ke kiri dan ke kanan juga terlihat pada lorong ini. Lubang gua ini dibuat dalam lintasan garis lurus yang memudahkan pergerakan manusia dan barang.
Meskipun Jepang disebut membangun gua ini pada 1942, namun tak jelas dimulai pada bulan apa dan selesai berapa lama. Hanysa saja membangun gua tampaknya menjadi prioritas tentara Jepang begitu menguasai sebuah daerah yang penting. Karena itu peninggalan Gua Jepang ditemukan tersebar di banyak tempat di seluruh Indonesia.
Jepang hanya membutuhkan waktu delapan hari untuk menundukkan tentara sekutu dalam Pertempuran Jawa yang berlangsung mulai 28 Februari 1942. Tentara Jepang yang berkekuatan 35.000 serdadu berhasil mengalahkan gabungan tentara Belanda yang berjumlah 25.000, Inggris 3.500, Australia 2.500, dan Amerika Serikat sekitar 1.000 serdadu.
gua jepang bandung
Sebuah lorong gua yang melintang sejajar dengan jalanan di depan Gua Jepang Bandung. Di sebelah kiri lorong ini terdapat lubang setinggi 1 meter yang dipergunakan sebagai lubang pengintai. Di dalam gua tidak ada lagi benda tersisa dari jaman perang, oleh karena memang bukan benteng pertahanan yang biasa dipasang meriam.
Jika tidak merasa terlalu yakin untuk masuk ke dalam gua sendirian, sebaiknya anda siapkan uang persenan dan meminta salah satu orang di sana untuk menemani anda masuk dan menjadi pemandu jalan. Meskipun anda tidak akan tersesat ketika berada di dalam Gua Jepang Bandung, namun perlu senter untuk menerangi lorong yang sangat gelap.
Jika membawa kamera DSLR, sebaiknya anda mencoba memakai teknik bulb ketika memotret di dalam ruangan gua, yang saya lupa untuk melakukannya. Jangan lupa pula untuk membawa tripod karena tanpa itu akan sulit untuk mendapatkan foto yang baik di dalam gua. Jika pun lupa membawa maka dinding gua bisa dipakai sebagai penopang kamera.
Goa Jepang Bandung bisa ditempuh dengan berjalan kaki santai melewati rimbun pepohonan sekitar 300 meter dari pintu gerbang utama Taman Hutan Raya Ir H Juanda. Ada pula ojek motor yang bisa disewa untuk mengantarkan pengunjung hingga ke Gua Belanda yang terletak sekitar 150 meter dari Gua Jepang, dan terus ke Curug Omas.

Sumber : http://www.thearoengbinangproject.com/gua-jepang-bandung/

Kamis, 24 November 2016

Sejarah " Istana Maimun "

 http://panduanwisata.id/files/2012/07/k3.jpg

Sejarah Istana Maimun

Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan.
Sejak tahun 1946, Istana ini dihuni oleh para ahli waris Kesultanan Deli. Dalam waktu-waktu tertentu, di istana ini sering diadakan pertunjukan musik tradisional Melayu. Biasanya, pertunjukan-pertunjukan tersebut dihelat dalam rangka memeriahkan pesta perkawinan dan kegiatan sukacita lainnya. Selain itu, dua kali dalam setahun, Sultan Deli biasanya mengadakan acara silaturahmi antar keluarga besar istana. Pada setiap malam Jumat, para keluarga sultan mengadakan acara rawatib adat (semacam wiridan keluarga).
Bagi para pengunjung yang datang ke istana, mereka masih bisa melihat-lihat koleksi yang dipajang di ruang pertemuan, seperti foto-foto keluarga sultan, perabot rumah tangga Belanda kuno, dan berbagai jenis senjata. Di sini, juga terdapat meriam buntung yang memiliki legenda tersendiri. Orang Medan menyebut meriam ini dengan sebutan meriam puntung.
Kisah meriam puntung ini punya kaitan dengan Putri Hijau. Dikisahkan, di Kerajaan Timur Raya, hiduplah seorang putri yang cantik jelita, bernama Putri Hijau. Ia disebut demikian, karena tubuhnya memancarkan warna hijau. Ia memiliki dua orang saudara laki-laki, yaitu Mambang Yasid dan Mambang Khayali. Suatu ketika, datanglah Raja Aceh meminang Putri Hijau, namun, pinangan ini ditolak oleh kedua saudaranya. Raja Aceh menjadi marah, lalu menyerang Kerajaan Timur Raya. Raja Aceh berhasil mengalahkan Mambang Yasid. Saat tentara Aceh hendak masuk istana menculik Putri Hijau, mendadak terjadi keajaiban, Mambang Khayali tiba-tiba berubah menjadi meriam dan menembak membabi-buta tanpa henti. Karena terus-menerus menembakkan peluru ke arah pasukan Aceh, maka meriam ini terpecah dua. Bagian depannya ditemukan di daerah Surbakti, di dataran tinggi Karo, dekat Kabanjahe. Sementara bagian belakang terlempar ke Labuhan Deli, kemudian dipindahkan ke halaman Istana Maimun.
Setiap hari, Istana ini terbuka untuk umum, kecuali bila ada penyelenggaraan upacara khusus.

Sejarah " Gedung sate Bandung "



http://media.abatasa.com/dirmember/00003/syariefa/blog/sejarah-berdirinya-gedung-sate-.jpg

Gedung Sate merupakan salah satu bangunan yang telah lama menjadi tanda dan kebanggan kota Bandung. Bahkan D. Ruhl, salah seorang arsitek Belanda, dalam bukunya menyatakan bahwa “Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia.” Keindahan Gedung Sate memang tidak diragukan. Tapi siapa menyangka, dibalik pesonanya gedung ini menyimpan cerita duka.
Gedung yang pada masa Hindia Belanda dinamai Gouvernements Bedrijven (GB) ini dibangun dengan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir. J. Gerber, arsitek muda ternama lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo, dan Ir. G. Hendriks serta pihak Geemente van Bandoeng yang dipimpin oleh Kol. Pur. VL. Slors. Arsitekturnya merupakan hasil karya dari Ir. J. Gerber dan kelompok yang tidak lepas mendapat masukan dari maestro arsitek Belanda bernama Dr. Hendrik Petrus Berlage, sehingga Gedung Sate lekat dengan wajah arsitektur tradisional Nusantar.

 Gedung Sate di Bandung, gambar: nationalgeographic.co.id/forum/topic-1782.html

Peletakan batu pertama Gedung Sate dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung saat itu yaitu B. Coops, dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia yaitu J. P. Graaf van Limburg Stirum, pada tanggal 27 Juli 1920. Pembangunannya melibatkan 2000 pekerja yang terdiri dari 150 pemahat atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Tiongkok yang berasal dari Konghu atau Kanton. Selain bongpay, pembangunannya juga dibantu oleh tukang batu, kuli aduk, dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok, dan Kampung Cibarengkok.
Pembangunan Gedung Sate memakan waktu selama 4 tahun, selesai di bulan September 1924 berupa bangunan induk utama, kantor pusat PTT (Pos, Telepon, dan Telegraf), dan Perpustakaan. Banyak yang memuji gedung ini, terutama dari kalangan arsitek dan ahli bangunan. Gedung Sate dinilai sebagai bangunan monumental yang anggun dengan gaya arsitektur yang unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa dengan sentuhan keanggunan Candi Borobudur.
Selain D. Ruhl yang menyatakan keindahan Gedung Sate pada bukunya yang berjudul Bandoeng en haar Hoogvlakte (1952), Ir. H. P. Berlage juga menyatakan bahwa “Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis” pada saat kunjungannya di bulan April 1923. Duo arsitek Belanda Cor Pashier dan Jan Wittenberg ikut pula menyatakan pendapatnya akan kemegahan Gedung Sate, “langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa”.
Ir. J. Gerber sebagai arsitek utamanya memadukan beberapa aliran ke dalam rancangan Gedung Sate. Untuk bangunannya Gerber mengambil tema Renaissance Italia, sementara untuk jendelanya adalah Moor Spanyol. Menara Gedung Sate merupakan aliran Asia berupa gaya atap pura Bali atau pagoda di Thailand.


Pada puncak menara terdapat tusukan yang terlihat seperti tusuk sate karena menusuk 6 buah benda bulat seperti sate, versi lain menyebutkan melati atau jambu air. 6 buah sate ini melambangkan biaya yang dihabiskan untuk membangun gedung ini yaitu sekitar 6 juta gulden. Tampak depan (façade) Gedung Sate mengikuti sumbu poros utara-selatan yang dibangun menghadap Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara.

sejarah " Masjid agung Demak '

 
Masjid Agung Demak adalah masjid tertua di Jawa Tengah, terletak di jantung kota Demak tepatnya di barat alun - alun Demak masjid ini menjadi cikal bakal kerajaan Demak Bintoro. Masjid Demak memiliki ciri khas perpaduan arsitektur tradisional Jawa dan arab. Kini masjid ini digunakan untuk kegiatan peribadatan masyarakat sekitar dan tempat ziarah wali.

Setiap bagian masjid memiliki makna dalam bangunannya diantaranya adalah atap masjid yang berbentuk limas menunjukkan Aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagianyaitu, Iman, Islam dan Ihsan. Di dalam masjid terdapat "Pintu Bledeg", di pintu tersebut terdapat tulisan Condro Sengkolo yang berbunyi Nogo Mulat Saliro Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi, atau bisa dikatakan 887 Hijriyah.

Masjid Demak dibangun oleh Raden Patah bersama Wali Sanga merancang masjid ini dengan memberi gambar berupa bulus. Ini adalah cara masyarakat Jawa dalam memberitahukan kapan tahun dibangunnya Masjid melalui gambaran wujud sesuatu atau disebut Candrasengkala, sedangkan bulus merupakan Candrasengkala memet atau bisa diartikan dengan Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang memiliki makna 1401 Saka.

Bulus dapat menggambarkan angka 1401 bisa dilihat pada ciri fisik bulus yaitu, kepala menunjukkan angka 1, kaki bulus menunjukkan angka 4, tempurung bulus menggambarkan angka 0 dan ekor bulus menunjukkan angka 1. Dari penggambaran candrasengkala tersebut menggambarkan bahwa Masjid Demak dibangun pada 1401 Saka. Sedangkan tanggalnya adalah 1 Shofar.

Soko Majapahit, tiang yang terdiri dari delapan buah yang ada di serambi masjid merupakan pemberian dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi kepada Raden Fattah ketika menjabat sebagai Adipati Notoprojo di Glahahwangi Bintoro Demak pada 1475 M. Di Masjid Demak terdapat bangunan khusus bernama pawestren yang dikhususkan untuk jamaah wanita. Pawestren berasal dari kata pawestri yang berarti wanita. Bangunan ini memiliki arsitektur berbahan kayu jati dengan atap limasan berupa sirap atau genteng terbuat dari kayu jati. Terdapat delapan tiang untuk menyangga bangunan ini, empat diantaranya terdapat ukiran bermotif Majapahit. Luas lantai dari Pawestren ini adalah 15x7,30 m. Pawestren ini dibuat pada zaman K.R.M.A.Arya Purbaningrat yang terlihat dari motif ukiran berupa Makrusah atau Kholwat yang menerangkan angka 1866 M.

Pintu Bledheg merupakan pintu yang dibuat oleh Ki Ageng Selo yang konon katanya berfungsi sebagai penangkal petir. Pintu Bledeg ini merupakan condrosengkolo yang memiliki bunyi Nogo Mulat Saliro Wani, yang memiliki makna 1388 Saka atau 1466 M atau 887 H. Pada tempat imam atau disebut Mihrab terdapat hiasan berupa gambar bulus yang merupakan Condro Sengkolo memiliki arti Sariro Sunyi  Kiblating Gusti yang memiliki makna 1401 Saka. Kemudian di depan Mihrab terdapat sebuah mimbar yang digunakan untuk khotbah, benda ini disebut dengan nama Dampar Kencono warisan dari kerajaan Majapahit. Dampar Kencono ini merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit abad ke 15 yang dihadiahkan untuk Raden Fattah dari ayahanda Prabu Brawijaya V Raden Kertabhumi. Setelah Demak dipimpin oleh Raden Trenggono pada 1521 sampai 1560 M, secara universal wilayah Nusantara dipersatukan seolah mengulang apa yang dilakukan patih Gajah Mada.

Empat buah Soko Tatal / Soko Guru menjadi tiang utama penyangga masjid yang bersusun tiga. Tinggi dari keempat soko ini adalah 1630 cm. Formasi dari keempat soko ini dipancangkan sesuai pada penjuru mata angin.

             

Sejarah '' Benteng Rotterdam ''

Hasil gambar untuk sejarah tentang benteng rotterdam
Benteng Rotterdam
Ke Makassar Tidak Lengkap Rasanya kalo belum ke Benteng Roterdam, Benteng yang yang dahulu merupakan saksi Sejarah pada masa lampau, bentuk Benteng yang menyerupai penyu, orang Makassar dahulu menyebutnya Benteng Payyua (Benteng Penyu) karena filosifi Penyu yang bisa Hidup didarat Maupun di Laut

Sejarah Singkat

Benteng Fort Rotterdam merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Seorang wartawan New York Times, Barbara Crossette pernah menggambarkan benteng ini sebagai “the best preserved Dutch fort in Asia”. Pada awalnya benteng ini disebut Benteng Jumpandang (Ujung Pandang).
Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah Berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar. Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Hanya saja, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah diantara benteng benteng lainnya dan keasliannya masih terpelihara hingga kini.

Benteng ini dibangun tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-X yang bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada awalnya bentuk benteng ini adalah segi empat, seperti halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya campuran batu dan dan tanah liat yang dibakar hingga kering.
 Pada tanggal 9 Agustus 1634, Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia, dengan gelar Sultan Alauddin) membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang didatangkan dari daerah Maros. Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun lagi dinding tembok kedua dekat pintu gerbang.

Benteng ini pernah hancur pada masa penjajahan Belanda. Belanda pernah menyerang Kesultanan Gowa yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin, yaitu antara tahun 1655 hingga tahun 1669. Tujuan penyerbuan Belanda ini untuk menguasai jalur perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap kekuasaan untuk memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku.

Armada perang Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman. Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang, serangan ini pula yang mengakibatkan sebagian benteng hancur. Akibat kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667.
Gubernur Jendral Speelman kemudian membangun kembali benteng yang sebagian hancur dengan model arsitektur Belanda. Bentuk benteng yang tadinya berbentuk segi empat dengan empat bastion, ditambahkan satu bastion lagi di sisi barat. Nama benteng kemudian dinamakan Fort Rotterdam, yang merupakan nama tempat kelahiran Speelman.

Sejak saat itu Benteng Fort Rotterdam berfungsi sebagai pusat perdagangan dan penimbunan hasil bumi dan rempah rempah sekaligus pusat pemerintahan Belanda di wilayah Timur Nusantara (Indonesia).

 Arsitektur Benteng

Dinding benteng ini kokoh menjulang setinggi 5 meter dengantebal dinding sekitar 2 meter, dengan pintu utama berukuran kecil. Jika dilihat dari udara benteng ini berbentuk segi lima seperti penyu yang hendak masuk kedalam pantai. Karena benteng ini bentuknya mirip penyu, kadang juga benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu). Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kokoh dan posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya ditempatkan kanon atau meriam diatasnya.

Sejarah ''Lawang Sewu ''

LAWANG SEWU
 Hasil gambar untuk sejarah tentang lawang sewu
Lawang Sewu (bahasa Indonesia: seribu pintu) adalah gedung gedung bersejarah di Indonesia yang berlokasi di Kota Semarang, Jawa Tengah. Gedung ini, dahulu yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu karena bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak, meskipun kenyataannya, jumlah pintunya tidak mencapai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero

            Hasil gambar untuk sejarah tentang lawang sewu                    Hasil gambar untuk sejarah tentang lawang sewu